jump to navigation

ESQ MAHASISWA BARU ITS 2007

Kembali ke kampus yang baru, para mahasiswa ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Surabaya diberi bekal dengan pelatihan ESQ guna menyongsong tahun ajaran baru dengan motivasi emosional dan spiritual. Hajatan besar ini dilaksanakan hingga 5 angkatan yang masing-masing berlangsung 2 hari dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore. Program ESQ (Emotional Spitual Quotient) tahun ini adalah untuk yang kedua kalinya bagi mahasiswa baru ITS. Tahun 2006 yang lalu sudah 5 angkatan, begitu juga tahun ini ada 5 angkatan, sehingga sudah/akan menjadi 10 angkatan yang dibekali pelatihan ESQ. Para peserta memperoleh satu buku ESQ edisi terbaru 2005. Adopsi kata ESQ tidak dapat dipisahkan dengan pencetus sekaligus penulis ’buka laris’ Ary Ginajar Agustian. Saya belum sempat ikut pelatihan ini, namun buku-buku yang bertutur tentang ESQ nyaris sudah dilahap habis. Beberapa pelatihan adopsi sebagian ESQ pun sudah pernah diikuti. Ada 2 puteri kami yang ikut pelatihan ESQ angkatan VIII tahun 2007 karena mereka diterima di jurusan Teknik Industri dan Perencanaan Wilayah & Kota ITS. Bagaimanakah dampak dan harapan setelah para mahasiswa baru ITS ini ikut pelatihan ESQ? Adakah yang masih tersisa untuk dilaksanakan, bahkan setelah mendapat pelatihan ESQ untuk ke sekian kalinya?  Suara Hati atau Fitrah ManusiaPelatihan ESQ yang menyedot banyak perhatian dan dana ini  memang dirancang secara sistematis dengan mengadopsi prinsip 165 (1 fitrah manusia, 6 rukun iman, dan 5 rukun Islam). Buku ESQ sangat pantas dibaca oleh umat Islam dari golongan mana pun, bahkan bisa dinikmati oleh umat lainnya sebagai bahan studi banding? Inti pembahasan yang ingin disampaikan diawali dengan tema ’suara hati’ fitrah manusia yang hanya menyeru kepada kebaikan dan kebenaran asasi. Sangat enak saat membaca buku tersebut, tidak perlu terburu-buru, bisa diulang berkali-kali, dan tetap tidak membosankan bagi pembacanya.Setelah lengkap menjelaskan fitrah manusia, kemudian dikenalkan konsep membangun motivasi dan mental emosional sekaligus spiritual yang diangkat dari ajaran Islam. Saat melihat ada orang miskin yang kelaparan, maka tumbuhkan suara hati ’berbagi sesama manusia’. Saat melihat ada bencana, maka tumbuhkan suara hati ’rela dan ikhlas membantu saudara’, demikian seterusnya. Praktek dan ajaran Islam menjadi suatu wahana yang komprehensif untuk membangun motivasi spiritual yang penuh dengan nilai kemusiaan yang luhur, baik dalam konsep maupun prakteknya. Dasar hidup manusia ada pada keimanan yang kokoh dan benar. Selanjutnya iman ini harus dibuktikan dengan keislaman yang menyeluruh yang dimulai dari pernyataan syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji dalam dimensi ketuhanan dan kemanusiaan secara berimbang.  Para peserta ESQ banyak yang menangis sejadi-jadinya selama proses pelatihan. Para mentor sangat ahli dalam membangkitkan kesadaran para peserta. Mereka yang menangis sambil berguling-guling pun banyak, baik oleh peserta laki-laki ataupun perempuan. Kesadaran mereka mulai dikembalikan menuju fitrah yang asasi. Inilah awal untuk membentuk pribadi baru yang diharapkan lebih siap dalam menjalankan tugas sebagai mahasiswa dan selanjutnya sebagai sarjana untuk membangun masyarakat yang bermartabat.Harapan Orang Tua dan MasyarakatSaya sangat ingin dapat mewakili para orang tua mahasiswa baru ITS tahun 2007 dan berharap kepada kalian ananda tercinta sebagai penerus generasi bangsa. Andai tidak diperkenankan pun, maka ijinkan saya menjadi salah satu dari orang tua 2 mahasiswa baru yang turut bersyukur atas karunia-Nya sehingga kalian dapat kuliah di ITS. Harapan orang tua kepada anak-anaknya tidaklah berat wahai ananda tercinta. Jadilah ananda sebagai pembelajar yang tidak kenal lelah. Belajar di era sekarang bisa dari mana saja, dari buku, internet, perpustakaan, koran, atau dari alam masyarakat di sekitarmu. Belajar untuk menjadi cerdas intelektual, emosional, dan sekaligus spiritual adalah target yang harus ananda raih dengan kerja keras. Lulus dalam waktu 8 semester dengan indeks prestasi lebih dari 3,21 baru syarat awal, karena ananda masih perlu belajar ber-organisasi dan ber-interaksi dengan rekan, dosen, karyawan, orang tua, dan masyarakat lainnya.  Jadilah ananda sebagai warga kampus sekaligus warga kampung sekitar kampus. Inilah ajang bagi ananda untuk praktek langsung dari hasil pelatihan ESQ yang telah diikuti dan buku-buku lainnya yang dipelajari. Menjadi warga kampus berarti dapat membangun sikap kritis, semangat belajar, kerja keras, dan kejujuran sebagai sivitas akademika. Menjadi warga kampung berarti ananda tetap berperan aktif di sekitar tempat tinggal dengan turut menjaga kualitas hidup yang layak, guyub, dan bermartabat. Dan, saat lulus nanti, ananda akan menjadi warga negara yang kaya prestasi dan kerja yang memberi nilai tambah bagi kehidupan manusia seluruhnya.Ary G. Agustian dengan sangat cemerlang memunculkan 7 atribut utama kehidupan umat manusia. Jadilah ananda pribadi yang jujur, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, adil, visioner, dan peduli. Jujur itu memang berat di saat ketidakjujuran sudah jadi wabah kronis, namun tetaplah tegakkan dengan penuh antusias! Tanggung jawab dimulai saat ananda jadi mahasiswa dengan sungguh-sungguh belajar dan setelah lulus nantinya. Disiplin bisa dibangun mulai dari yang kecil secara konsisten, baik dalam belajar, bermain, berolah-raga, atau kombinasi dari banyak aktivitas. Kerjasama untuk kebaikan dan kebenaran perlu dikembangkan sejak sekarang, karena sangat dibutuhkan saat bekerja nantinya. Adil berarti dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan posisinya, maka bersikaplah adil kepada diri sendiri juga kepada orang lain. Visioner berarti menjadi pribadi yang punya rencana masa depan yang jelas dan komitmen yang kuat untuk  melaksanakannya. Peduli kepada sesama adalah bukti kecerdasan emosional yang sangat diharapkan oleh seluruh warga. Mari kita bandingkan atribut tersebut  di atas dengan 6 atribut lulusan sarjana yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Dari suatu survei terhadap kebutuhan industri terhadap lulusan perguruan tinggi (dari miling list IA-ITB ikatan alumni ITB, ITSnet untuk dosen ITS dan partisipan, atau publikasi lainnya) diketahui ada  6 atribut penting bagi calon sarjana, yaitu aktif berorganisasi, mengasah bahasa Inggris, tekun belajar, mengikuti perkembangan informasi, mengikuti pergaulan luas, dan mempelajari aplikasi komputer. Aktif berorganisasi menjadi bekal utama untuk cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru. Kemampuan bahasa Inggris harus terus diasah dan dipraktekkan sejak kuliah untuk bekal pergaulan di tingkat dunia. Tekun belajar di masa kuliah pasti sangat bermanfaat saat bekerja nanti, karena semua keberhasilan itu hanya dapat diraih dengan ketekunan dan kematangan diri. Perkembangan informasi dalam bergai hal perlu dicermati setiap saat agar dapat menentukan sikap dan mengambil keputusan yang tepat. Apa pun jurusan ananda, terus dan pastikan diri untuk belajar komputer untuk memperlancar kerja anda sekarang dan seterusnya.   Pelatihan ESQ ini menjadi sangat relevan dengan tuntutan bagi para pekerja superior (unggul) di era sekarang. Era globalisasi sudah merambah ke setiap negara, tidak kecuali di Indonesia. Ananda bisa simak bagaimana pekerja superior yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan besar yang dikemas jadi 10 atribut utama, yaitu: mau bekerja keras, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, mempunyai visi ke depan, mampu bekerja dalam tim/kelompok, memiliki perencanaan yang matang, mampu berpikir analisis, mudah beradaptasi, mampu bekerja dalam tekanan fisik maupun psikis, mampu dan cakap berbahasa Inggris, dan mampu meng-organisasi pekerjaan. Kemampuan superior ini hanya ananda dapatkan melalui aktivitas ekstrakurikuler. Jadilah ananda mahasiswa yang turut berkiprah di himpunan jurusan, unit kegiatan, atau wadah organisasi lainnya untuk menyongsong karier di masa depan.

Dari sampel 717 mahasiswa ITS angkatan 2003 diketahui 88,7% memilih jadi profesional dan hanya 11,3% yang memilih sebagai entrepreneur (pengusaha mandiri). Ini kenyataan lain yang harus ananda cermati juga. Menjadi profesional apalagi menjadi entrepreneur pasti membutuhkan syarat sebagai pekerja superior tersebut. Atribut ini lebih dikenal sebagai soft-competence  (kompetensi lunak) daripada hard-comptence (kompetensi keras). Kompetensi keras dapat ananda peroleh dari perkuliahan, praktikum, dan sarana perpustakaan dengan proses belajar formal. Kompotensi lunak hanya diperoleh dari aktivitas luar kampus atau ekstrakurikuler yang sangat dibutuhkan untuk sukses karier ananda nantinya. Jadilah ananda warga kota Surabaya yang cerdas sekaligus santun. Selamat dan semoga sukses dalam studi ananda!!

Catatan:

Artikel ini pernah penulis kirimkan ke Jawa Pos namun tidak ada kabar lanjutannya, lumayan dipajang di blog pribadi ini untuk disimak oleh mahasiswa Indonesia dengan judul  PELATIHAN ESQ BAGI MAHASISWA BARU: HARAPAN ORANG TUA DAN MASYARAKAT INDONESIA .. sekitar Agustus 2007

 

Comments»

1. syafaruddin s. - July 2, 2008

Assalamu’alaikum wr.wb
saya pengen tahu apa sebernanya ESQ itu?

2. syafaruddin s. - July 2, 2008

saya rasa kuliah itu sebahagiaan dari pembodohan!
mengapa saya katakan seperti itu, melihat kreatifitas mahasiswa tidak berkembang karena ia memikirkan kuliah mereka masing-masing. ada titik paktor menganjal kreatif mereka,
1. di tekan oleh dosen
2. di tekan oleh nilai

padahal kalau di pikir-pikir kita tidak membutuhkan ijasa tapi ilmu,pengalaman itu sendiri.

3. Buntu Sijagat - April 16, 2009

intinya boleh-boleh saja, karena itu adalah proses pembejalaran untuk mendapatkan pengetahuan. Nah ketika mereka telah memperoleh pengetahuan itu…apakah pengetahuan yang dimiliki itu dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. teori kan untuk mengungkapan argumensi – masalah. contoh rendahnya minat belajar mhs mengukiti kuliah juga tidak terlepas dari faktor-faktor eksternal termasuk infrastruktur dalam sistem pengajarannya. Misalnya dosen yg memaparkan mata kuliah sambil duduk di kursi berimimplikasi buruk terhadap penyerapan pengetahuan. Dosen yang hanya datang di ruang belajar dan memberikan penugasan-penugasan kepada mahasiswanya, tanpa mereka dibekali pengetahuan dasar tentang matakuliah terkait akan sulit mereka merepresentasikan keinginan dosen. Karena secara logika mereka tidak sepenuhnya memahami betul pola pikir dari dosen yg bersangkutan. Kalau begitu cara proses pembejalaran itu dipengaruhi emosial pribadi dari sang dosen. Dan dia tidak menstrasfer pengetahuannya berdasarkan kompetensinya. Bisa jadi kisi-kisi komptensi lunak yg melekat pada seorang itu tidak berperan dengan baik.
Pandangan pribadi saya, begini saja, bahwa ilmu memang perlu diketahui – dipelajari – disebarluaskan (red. diamalkan). mengingat bahwa manusia kan memiliki keterbatasan – manusia kan dalam kehidupannya harus mampu mengendalikan tiga hal, yaitu kemampuan mengidentifikasi rasa: rasa manusia – rasa syaitan – rasa yg bersumber dari sang pencipta. Jadi kapan bahwa rasa manusia berlaku, misalnya keinginan kebutuhan lapar karena organ tubuh membutuhkan energi (nutrisi), rasa sakit pada organ tubah, karena terjadi ketidak seimbangan antara ruh dan jasad, mengakibatkan gangguan pada fisik, dan rasa syaitan, akibat adanya gangganguan “error” yang terjadi akibat perilaku yang tertimbun dalam otak yang direspon oleh qalbu.
Contoh: mengajar yang niatnya agar mendapatkan uang sebanyaknya, dengan bobot sks berlebihan akan berdampak beruk dan akan berakibat fatal dari sebab akibat, refleksi sederhana, seharusnya ada dosen lain yg dpt menggantikan untuk mengajar (ini bisa jadi sifat serakah yg muncul dipermukan. dan ini dpt dikatakan juga menuruti rasa syaitan (nafsu). Contoh pada rasa sang cipta, kita sadar tentang kebendaan kita (lahiriah), oh ia pengetahaun yg kita miliki kan sebenarnya datangnya dari yang punya hak. dari yg maha tahu – dari yang maha bijak, dan mengapa kita berpikir tentang itu, ingat juga bahwa asset yang ada dikita kan pada dasarnya titipan dan pada akhirnya akan kembali dan diminta juga oleh yg empuNya.
Singkatnya begini, tidak heran kalau ada seorang dosen ternama, dalam menggali pengetahuan yang ada pada dirinya itu, belau secara teratur melakukan sharing pengetahuan secara tertutup itupun dilakukan di salah satu tempat ibadah, tetapi dalam bentuk diskusi, karena yang dibahas adalah masalah penggalian pengetahuan yang sulit diukur secara ilmiah.
jadi yg enak itu, bagaimana kita mampu mengimplementasikan pengetahuan, (kitab, atau buku) yang ada dalam hatikita, dan berdasarkan pengetahuan dari beberapa gelintir manusia tidak sulit itu diperoleh….manakala dia dimampukan. gimana untuk memperoleh, jelas keteraturan pengetahuan yang dicontohkan secara lahiriah meamng tidak terlepas dari rutinitas, misalnya dalam islam shalat 5 waktu, termasuk shalat sunah dst, haji, zakat, puasa, dan satu hal lagi yang tidak terlepas adalah perjanjian dan percaya tentang keberadaanNya (shahadat). ikrar. Nah ikrarnya ini kalau cuma diucapkan, tidak dibenarkan dan diluruskan dalam hatikita, bisa berantakan. Semua itu, kan terkemas sebagai perangkat untuk menuju ke-Esa-an (ke_taqwaan) “dalam islam”, tetapi sebenarnya organ tubuh kita kan cuma titipan untuk bersandarnya ruh, sedangkan ruh kitalah yg nanti akan kembali dan melebur kepada keEsaannya” disebagian masyarakat jawa apa yg disebut manunggaling kaulo gusti. atau kembali kepangkuan disisiNya.
saya kira pemahaman ringkas ESQ lebih tegas secara ringkas adalah bagaimana manusia mengelola kemampuan apa-apa yang dianugerahkan itu, untuk mencapai kemaslahatan – untuk berbagi pemahaman sesamanya – untuk memberikan pengetahuan dan pembelajaran dari yg memiliki kemampuan kepada yang memiliki keterbatasan, untuk mencapai totalitas menuju kesempurnaannya.
Kayaknya untuk mencapai itu banyak yg harus dilakukan, misalnya mulai dari meng-NOL-kan zat-zat sari makanan yg dikonsumsi yg diduga terkontaminasi dari sumber-sumber yang tidak mengindahkan normatif yg ada, maksudnya untuk menekan emosial negatif “puas” cukup tambahan huruf a maka lakukan puas+a = “PUASA”, tetapi ini adalah proses pembelajaran mengasah dan untuk mengendalikan emosial dan waktunya sudah ditentukan.
Mungkin kita bisa mengambil istilah-istilah lain misalnya dengan megeng – mutih (jawa) pada beberapa hari. tujuan disini sebenarnya berupaya untuk mengenolkan sisa zat sari makanan yg telah melekat dalam organ tubuh (darah) yang dimbangi dengan emosial (nafsu). mungkin perlu misalnya begini kita punya target 3 atau 4 hari menguji fisik kita untuk makan (nasi saja) tanpa campuran makanan yg lain dan air putih. Makan dan minumnya boleh kapan saja waktunya selama waktu proses tersebut (karena ini memang bukan puasa). Apa sebenarnya yg dicari, harapannya kita mampu mengendalikan emosial, misalnya ketika sudah dilaksanakan dua berjalan kita melihat orang makan sate, atau melihat orang minum just yang segar, atau bahkan akan menukan orang yang tidak waras pikirannya yg sedang menkais makanan di tempat sampah, atau kita mungkin melihat rekan dan atasan anda di kantor sedang membuat kontrak kerja yang sedang membicarakan pembagian fee dll., atau mungkin anda tak terduga miliki uang sejumlah Rp 10.ribu rupiah tiba-tiba uang itu anda berikan kepada orang lain yg memerlukan pertolangan anda (timbulnya belas kasihan), dan anda lakukan dengan iklas, dan dalam sekejap itu juga anda tidak merasa takut kehilangan uang itu. Atau tiba-tiba anda dihadapkan mendptkan kabar gembira misalnya gaji naik, anak lulus ujian. Nah proses kejadian-kejadian yg dimisalkan di atas itu kan bukan sebuah proses dari akal pikiran, karena kejadiannya tidak diukur oleh akal, bisa jadi itu semua adalah yg datangnya bersumber dariNya.
Dan tentunya tidak terlepas juga, pada malam hari kita bertanya…bertanya (bermunajat) melalui rangkaian shalat tahajut, mungkin dgn memperbanyak shalawat, dst. dan tentunya waktu yg tepat dilaksanakan ketika pikiran duniawi kita diNOLkan. (silahkan gali sendiri sumber hukumnya).
tapi ada yg tidak bisa ditinggalkan sebenarnya adalah pekerjaan hati (qalbu), yang setiap jengkal nafas kita selalu terus-menerus mengingat kepadanya. Lho mengapa harus dilakukan, kan kalau kita tidak mau putus hubungan denganNya, maka titipan dariNya yg diberikan kepada kita juga tidak boleh putus dong mengingat kepadaNya. Kok begitu, ya ini kan kalau di pesawat seperti kotak hitam yang dpt merekam setiap kejadian proses apa yg dilakukan kita, jadi supaya kendaraan kita tetap aman, maka media yg menggerakan mesin (organ tubuh) harus di cash terus-menerus, dan kecuali malam hari, memang kita tidak lagi pikiran dan akal kita untuk mampu menggerakan dan sudah dijamin terlindungi olehNya, tetapi biguti kita bangkit dari tidur dan bergerak, nantinya kalau sudah terbiasa mesin itu akan jalan sendiri, termasuk mungkin ketika anda berbicara, atau melaksanakan ibadah shalat, mestinya kalimatnya saja tersembunyi tetapi sesunuhnya itu masih kokoh tertanam dalam qalbu. Mesin ini juga ibarat lampu suar yg dipasang pada karang atau pulau, dia akan menyala, berkedip-kedip tanpa henti. Seseorang yg telah mdpt karunia itu, jangan heran juga, kalau dia mampu mendeteksi orang lain, bahwa ketika orang tersebut mendpt tugas pembelajaran pengendalian diri ketika ditugaskan untuk bermunajat setiap jengkal nafasnya, lalu tiba-tiba berhenti menggerakan, dan dia dimampuan untuk mengkoreksi kebenarannya.
Jadi ESQ, lebih sempit, dapat diartikan bagaimana individu mampu mengelola kitab-kitab yang ada didalam hatinya.


Leave a reply to syafaruddin s. Cancel reply